Selasa, 14 Februari 2012

Summit Attack Gunung Welirang [3.156 mdpl] | Catatan Avonturir Part II

Kemaren ane uda bagi cerita tentang trip dadakan ane naik gunung welirang lewat posting Catatan Avonturir | Gunung Welirang [3.156 mdpl] Part I.. nah, sekarang ane mau lanjutin ke Part II nya yaaa.. langsung aja gan, cekidot.. 

February 11, 2012
00.57 WIB - Pos Kopkopan
kami masih bersantai menikmati pemandangan anggun yang terhampar luas di depan kami, langit sudah mulai cerah.. cahaya redup bintang bulan mampu menembus kabut tipis di sekitar kami. tidak terasa hampir satu jam kami bersantai disini. kami pun bersiap melanjutkan perjalanan, botol air kami isi ulang di sungai kecil, dan setelah cuci muka kami mulai berjalan melewati tanjakan berbatu yang masih setia menunggu kami. masih ada tiga jam perjalanan kaki sebelum mencapai pos pondokan.. masih banyak tanjakan yang menanti kami.

10 menit berjalan kami masih ngobrol santai, 20 menit kemudian kami mulai diam, 30 menit dari pos kopkopan kami berhenti untuk mengatur nafas.. bener2 trek yang menyiksa. hanya sebentar saja istirahat, mungkin sekitar 5 menit. setelah itu kami mulai berjalan lagi..

tanah dan bebatuan sepanjang trek yang kami lewati cukup licin, rumput dan semak2 di sekitar kami juga masih basah. mungkin bekas hujan tadi sore.. medan yang licin seperti ini membuat saya beberapa kali terpeleset, begitu juga dengan Jack.. kami berjalan pelan, fokus pada apa yang ada di depan kami. salah melangkah sedikit saja kita bisa jatuh.

trek pendakian gunung welirang via jalur tretes memang benar-benar menyiksa.. jalur yang kami lewati berupa tanjakan panjang berputar-putar tanpa ada bonus tanah landai. setelah satu jam berjalan saya melihat jack tertinggal beberapa meter di belakang, saya berhenti sejenak menunggunya. ketika sampai dia langsung duduk, dia bilang perutnya terasa agak mual.. mungkin masuk angin. 

benar saja, beberapa saat kemudian Jack muntah.. saya cukup kebingungan mengingat kita sama sekali tidak membawa P3K, saya melihat sekitar mencoba mencari daun kayu putih.. tapi dasar jack memang gila, melihat saya kebingungan dia malah mengeluarkan joke-joke segar yang membuat kami ngakak..

setelah 20 menit istirahat, kami pun melanjutkan perjalanan.. udara terasa semakin dingin bersama datangnya kabut. dan tanjakan-tanjakan terjal masih menghadang langkah kami. di tengah nafas yang semakin habis, saya lupa betapa empuk kasur yang saya tinggalkan di rumah, atau betapa hangatnya selimut tebal yang biasa menemani tidur saya. disini kami hanya berteman dengan dingin nya udara dan kerasnya batuan cadas.. disini kami berjuang. dan alam membimbing kami dalam pertarungan melawan diri sendiri, melawan semua kenyamanan yang biasa memanjakan kami.

tanjakan licin berbatu mengajarkan kami untuk fokus pada setiap langkah kami, fokus pada apa yang kami hadapi.. sekali lagi alam membuka sedikit rahasianya pada kami, mengajari kami sedikit tentang hidup. bahwa dalam hidup ini kita juga harus fokus pada apa yang kita kerjakan. sedikit saja kita lengah atau terbuai oleh khayalan-khayalan kosong maka kita akan terpeleset dan jatuh. fokus pada apa yang ada di depan kita..

sudah hampir dua jam setengah sejak kami mulai berjalan dari pos kopkopan, kami akhirnya menemui jalan landai sedikit menurun. seingat saya, jika sudah menemui jalan landai seperti ini maka pos pondokan sudah dekat. saya berkata pada jack bahwa tanjakan di depan adalah tanjakan terakhir sebelum pos pondokan. kami semakin bersemangat mempercepat langkah kami.. satu langkah, dua langkah, tiga langkah.. dan entah berapa langkah yang kami ambil untuk melewati tanjakan tersebut. saking semangatnya saya sedikit berlari ketika hampir mencapai ujung tanjakan. dan apa yang saya lihat sama sekali bukan seperti apa yang saya harapkan.. tidak ada pondokan.. hanya ada jalan tanjakan berkelok seperti yang sudah kami lewati. sight!!

kami melewati tanjakan tersebut dengan berjalan pelan, tenaga kami sudah terkuras.. setidaknya ada tiga tanjakan dan tiga tanah landai yang telah kami lewati. dan pos pondokan masih juga belum kelihatan. saya sudah hampir menyerah dan duduk istirahat menikmati sebatang rokok atau teh hangat. namun saya yakinkan pada diri sendiri bahwa pos pondokan Gunung Welirang sudah dekat.. jack juga terlihat sama lelahnya dengan saya. berkali kali dia tanya apa jarak kami dengan pos pondokan masih jauh? saya selalu menjawab mungkin sekitar 5 menit lagi kita akan sampai, tapi sudah hampir 30 menit sejak pertama kali dia tanya, pos pondokan masih belum kelihatan.. yang ada hanya tanjakan-tanjakan panjang jalan berbatu.

selangkah demi selangkah kami mulai berjalan.. tanjakan yang menyiksa fisik mulai menjadi sahabat bagi kami. pelan namun pasti akhrinya kami mencapai ujung tanjakan.. dari situ kami melihat atap alang-alang sebuah gubuk kayu. POS PONDOKAN!!!!. meskipun saya sudah pernah kesini namun sensasi yang saya rasakan tidak berubah, saya seperti memasuki dunia primitif.. bayangkan saja, di balik rimba yang gelap kami menemui beberapa gubuk kecil, berjajar rapi di bawah redupnya sinar bulan. dindingnya terbuat dari kayu beratap jerami. setelah melewati jalan panjang menembus hutan akhirnya kami sampai disini. pos pondokan.

pertama kali melihatnya saya merasa memasuki sebuah dunia lain, yang jauh dari kebisingan kota, jauh dari lampu-lampu kendaraan yang menyilaukan. tidak ada suara musik disini, yang kita dengar hanya suara angin yang menyatu dengan lengkingan liar binatang-binatang malam.

gubuk-gubuk tersebut di tinggali oleh para penambang belerang, mereka tinggal di sini setiap harinya, hanya turun ketika akhir pekan untuk berkumpul dengan keluarganya.. ya, hari senin sampai jum'at mereka habiskan di pondokan, tiap hari berjalan ke puncak untuk menambang belerang lalu turun ke pondokan. ketika akhir pekan barulah mereka bisa menikmati waktu bersama keluarga yang setia menunggu di rumah.. biasanya kalo hari sabtu banyak gubuk yang kosong, pemiliknya turun dan baru kembali pada hari minggu atau senin.

saya melihat jam menunjukkan pukul 04.00, saya lalu bergegas mencari gubuk kosong.. memang dari rumah kami tidak membawa tenda, kami sudah berencana untuk bermalam di dalam gubuk di pos pondokan.

akhirnya saya menemukan sebuah gubuk kecil kosong, hanya cukup untuk dua orang.. kami pun langsung masuk. bongkar muatan ransel dan menyiapkan logistik. kami hanya mengisi perut dengan roti cokelat dan teh hangat.. setelah bercengkerama sebentar, habis sebatang rokok kami pun tidur.

sebelum tertidur saya melihat jam menunjukkan pukul 04.30, saya juga sempat men-set alarm pukul 7.00 WIB. rencananya besok kami bangun jam 7 lalu makan pagi, setelah itu persiapan dan summit attack jam 9.00. jika sesuai rencana, saya perkirakan kami tiba di puncak paling lambat jam 12 siang.

semoga dua jam tidur sudah cukup memulihkan tenaga kami. saya ngantuk sekali, saya tidak ingat kapan terakhir kali saya tidur.. mungkin sudah lebih dari 40 jam saya terjaga.

BAB II - SUMMIT ATTACK
February 12, 2012
Saya terbangun jam setengah tujuh pagi, saya lihat jack juga sudah terbangun.. memang pagi ini dingin sekali, di dalam gubuk kayu yang terlindung dari angin pun kami masih merasakan dingin menembus tulang.. saya lalu pergi ke sungai mengambil air, Jack menyiapkan teh panas dan makan pagi.

menu makan kali ini berupa nasi putih dengan lauk ikan sarden. tidak terlalu ribet karena kami hanya tinggal menghangatkan makanan kaleng tersebut, sedangkan nasi putih sudah kami persiapkan dari bawah, kemaren kami sempat membeli sebungkus nasi putih di dekat pos pendakian Tretes.

kami menikmati makan pagi bersama kabut tipis yang mulai menghilang.. langit mulai terlihat cerah. suara burung - burung saling bersahutan memecah hening. gemericik air sungai bisa saya rasakan segarnya.. saya hanya berharap hari ini tidak turun hujan.

sekitar jam setengah sembilan kami mulai packing dan bersiap summit attack.. jam 9.00 pagi, langit berubah mendung ketika kami mulai berjalan. dan benar saja, hanya berjarak beberapa meter dari pondokan gerimis mulai turun.. saya diam sejenak. akhirnya kami mengambil keputusan untuk kembali ke gubuk dan menunggu sejenak.. mengingat kami memang tidak membawa ponco / raincoat

tidak terlalu lama, hanya berselang 20 menit gerimis benar-benar berhenti. namun ketika kami keluar dan mulai berjalan gerimis-gerimis kecil kembali menyapa.. ahh, sepertinya langit sedang menguji kesabaran kami. kami kembali ke gubuk.. kami pun menunggu.. 30 menit berlalu dan hujan masih belum berhenti. pada titik ini, kami harus mengambil keputusan. ada tiga pilihan, pertama: berjalan menembus hujan. kedua: menunggu hujan reda, jika hujan baru berhenti saat sore hari, maka kami akan turun tanpa mencapai puncak. ketiga: istirahat dan menunggu hingga besok, besoknya baru melakukan summit attack di pagi buta.

akhirnya kami membuat pilihan keempat: menunggu sampai jam 11 siang, apapun yang terjadi kami akan berangkat menuju puncak jam 11 siang.. entah saat itu hari cerah atau tidak.

Jam 11 siang langit menyisakan gerimis-gerimis kecil, meskipun demikian kami memutuskan untuk berjalan menuju puncak.. rumput-rumput terlihat basah oleh air hujan, setapak yang kami lewati sangat licin. kami harus ekstra hati - hati. 10 menit sejak berjalan kami sudah di hadapkan pada tanjakan yang cukup panjang. di tambah lagi medan yang licin membuat kami harus melangkah perlahan sambil mengatur pijakan kaki agar tidak terpeleset.

30 menit kemudian kami sudah basah kuyup, hujan mulai rapat.. dan langit semakin gelap oleh mendung. meskipun tenaga sudah cukup terkuras namun kami tidak bisa istirahat berlama-lama. sebentar saja kami berhenti, kami merasakan dingin yang teramat sangat.. satu-satunya cara untuk menahan dingin adalah dengan tetap bergerak. terus berjalan maju melewati tanjakan licin berbatu yang menghadang kami..

sekitar pukul 12.00 kami sudah keluar hutan, kami tiba di bukit-bukit yang dipenuhi edelweis dan bunga - bunga lain yang saya tidak tahu namanya.. jalan tanjakan yang kami lalui berubah menjadi sungai kecil yang mengalirkan air hujan.. angin kencang seperti menampar wajah kami dengan dinginnya.. kami berusaha membangun kembali kepercayaan diri kami yang mulai rapuh, lalu melangkah setapak demi setapak melewati bebatuan licin.

sekitar pukul 12.30, ditengah deras nya hujan yang mengguyur tubuh kami, samar-samar saya bisa mencium bau belerang.. saya yakin puncak sudah dekat. namun hujan semakin deras.. dan kilat berkali - kali terlihat menyambar di langit yang kelabu.. sesekali terdengar suara petir yang memekakkan telinga.. sebenarnya kami mulai ragu untuk melanjutkan perjalanan, namun pada titik ini kami tidak mungkin kembali.. jarak yang sudah kami tempuh kepalang tanggung. puncak sudah berdiri anggun di depan kami. dan saat ini kami tidak mungkin untuk menyerah.. 

ada rasa cemas, ada rasa takut.. dan dalam kondisi seperti ini, seorang manusia tidak bisa untuk tidak memikirkan tuhan.. alam memang selalu mempunyai cara tersendiri untuk membuat kita berpikir tentang kebesaran tuhan. Hari ini, kami merasa begitu kecil di hadapan kekuasaan-Nya..

hujan semakin terasa aneh, dingin yang kami rasakan sungguh luar biasa.. saya mencoba memperhatikan sekitar dan saya baru menyadari ternyata hujan kali ini bukanlah hujan air biasa, melainkan butir-butir kristal es.. hujan es!!! pantas saja, jalan setapak yang membentang di depan kami terlihat berkilauan. diantara cuaca yang tidak bersahabat, alam masih memperlihatkan sedikit keindahannya..

kami melangkah perlahan, angin bertiup semakin kencang kearah kami membawa aroma belerang yang sungguh menyengat.. kami lalu berbelok ke arah kanan, meninggalkan jalan setapak yang biasa di gunakan para penambang belerang, kami mengambil jalur melewati bukit untuk menghindari asap belerang yang meyengat.. hujan es masih turun mesra menyapa kami.

pukul 13.12 kami tiba di goa, tempat ini berjarak sekitar 15 menit dari puncak.. tinggal sedikit lagi!!! bagi pendaki yang mengambil jalur mengikuti jalan setapak yang biasa digunakan para penambang belerang mungkin tidak akan menemui goa ini.. letaknya cukup tersembunyi di balik bukit. tempat ini sebenarnya bukan goa, melainkan sebuah bukit batu yang agak menjorok kedalam. menjadikan tempat tersebut terlindung dari angin dan hujan.. kami memutuskan untuk berisirahat sebentar disini.. kami memilih untuk menunggu hujan reda, selain karena memang tenaga kami yang cukup terkuras, kami juga tidak ingin kehilangan kesempatan mengabadikan moment di puncak, karena itulah kami memilih menunggu hujan reda agar bisa mengambil beberapa foto di puncak welirang.

hujan es mulai berubah menjadi gerimis-gerimis kecil, dan angin kencang sudah tidak kami rasakan, namun kilat-kilat masih sering terlihat di langit yang gelap, dan suara petir masih terdengar begitu menyeramkan..

di dalam goa kami membongkar muatan ransel.. tubuh saya menggigil, begitu juga jack.. seluruh badan kami bergetar hebat. bahkan untuk menyalakan korek api pun kami tak mampu. masih ada rasa cemas, masih ada rasa takut.. namun disinilah kami benar-benar menyadari betapa kecilnya kami di hadapan tuhan. dan jika sudah seperti ini, masih bisakah kami bersikap sombong???

sebentar kami berdo'a.. hari ini, kami menghilangkan segala angkuh dan sombong yang pernah kami rasakan.. kami kembali pada Sang Penguasa dengan batin telanjang, mengakui betapa rapuhnya jiwa kami..

pukul 13.46 hujan sudah benar-benar berhenti, meskipun langit tidak menampakkan warna birunya namun awan yang tadinya gelap berubah jadi putih.. kami menikmati secangkir teh panas dan beberapa batang rokok kretek.. pakaian kami masih basah, badan kami masih menggigil.. udara masih terasa dingin. 

pukul 14.05 kami mulai bersiap menuju puncak.. kabut masih menyelimuti langkah kami, namun langit sudah sedikit terang. dan semangat kami telah kembali.. kami beralan melewati bukit berbatu.. nampak batu-batu di sekitar setapak yang kami lalui mengeluarkan asap. di atas bukit, pemandangan yang kami lihat sungguh indahnya.. disini kami menyaksikan haparan padang kerikil-kerikil putih, di hiasi bunga-bunga yang penuh warna.. sementara itu di depan kami puncak terlihat jelas, seperti tersenyum menyambut kedatangan kami.. kami semakin mempercepat langkah kami, bahkan sedikit berlari.. semakin dekat dengan puncak.. saya tersenyum, saya menoleh kebelakang dan saya lihat jack tertawa.. tanpa sadar kami semakin mempercepat langkah kami. dan akhirnya, puncak welirang..!! setibanya di puncak, kami langsung melepas ransel dan bersujud mengucap syukur pada tuhan.. Puncak Welirang telah kami gapai. kami berdiri bangga di ketinggian 3.156 meter di atas permukaan laut. perasaan aneh yang mendamaikan menyelimuti batin kami.. sekali lagi kami mengucap syukur.. 

sebenarnya dari puncak welirang kita bisa melihat gunung Arjuno berdiri gagah memamerkan puncak ogal-agil-nya. namun hari ini kabut menyelimuti kami.. Arjuno seperti menghilang, bahkan kaldera gunung welirang pun tidak terlihat.. namun semua itu tak mampu menghalangi kami untuk merasakan sensasi luar biasa menggapai puncak.. dan setelah beberapa saat menikmati moment pencapaian puncak, kami lalu mulai mengambil beberapa foto.. [it's time to narsis.. hehehe]

setelah kami rasa cukup, sekitar pukul 15.00 kami mulai turun.. kami juga sempat mengambil beberapa foto di bukit indah yang tadi kami lewati.. sebentar saja kami di situ sebab langit kembali gelap. mendung datang menyapa kami..

jarak yang harus kami tempuh kali ini lebih jauh, dan mengingat medan yang akan kami lalui menjadi semakin licin oleh hujan, saya perkirakan kami akan mencapai pos pondokan dalam waktu dua jam. [seharusnya perjlanan turun bisa dicapai dalam waktu 1 - 1,5 jam].. dari pondokan kami masih harus turun ke pos kopkopan dan langsung menuju pos pendakian bawah. rencananya kami memang akan lansung turun dan pulang ke Malang hari ini..

gerimis mulai menyapa ketika kami tiba di goa.. kami mampir sebentar di dalam goa dan membongkar ulang muatan dalam ransel. saya bungkus tas kamera dengan plastik ukuran besar, lalu saya masukkan ke dalam carrier. setelah saya rasa aman dan terlindung dari air hujan kami pun mulai bersiap pulang.. saya lihat mendung semakin pekat, dan angin dingin kembali menampar wajah kami ketika kami melangkah keluar goa.. sebentar kami berhenti, membangun kepercayaan diri dan mencoba menguatkan batin kami.. setelah itu kami mulai berjalan.. tidak lupa kami mengawali langkah kami dengan do'a.. perjalanan turun nyambung di part III
wah.. ceritanya kok jadi panjang gini ya??? padahal niatnya kan cuma share cerita singkat.. hehehe...

Baca catatan avonturir - gunung welirang:
>>PART II [Lanjutan Bab I - Berangkat] [Bab II - Summit Attack]<<
>PART III [ Bab III - Pulang] [Epilog]<

Puncak Welirang - Oktober 2011 [cuaca cerah]
Puncak Welirang - Februari 2012 [berkabut]
Zacky [Jack]

0 komentar:

Posting Komentar